Jumat, 13 Agustus 2010

Republik Reptil di IAIN Sunan Ampel


Radhar Panca Dahana kembali menampilkan karya terbarunya bertajuk Republik Reptil, bekerja sama dengan Teater Q Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel. Acara pertunjukan teater ini diselenggarakan di Auditorium IAIN sunan Ampel, 09/08/2010.
Nama Radhar Panca Dahana yang dikenal juga sebagai Ketua Federasi Teater Indonesia, mengatakan, drama yang ia tampilkan merupakan sebuah komedi satir yang berangkat dari persoalan mutakhir yang menggegerkan negeri ini. Ceritanya seputar masalah korupsi dan penyalahgunaan wewenang hukum, yang melibatkan beberapa institusi negara penegak hukum dan para pejabat tingginya, katanya, (Senin 09/08 surabaya)

Prof. Dr. Nur Syam, M. Si, mengatakan “memperolah kesempatan yang sangat langka, yaitu menonton pertunjukan teater yang mengusung cerita Republik Reptil oleh Teater Kosong. Pementasan ini menjadi istimewa sebab dihadiri Olivia Zalianti, bintang sinetron yang tidak diragukan kapasitasnya. Selain itu juga nama-nama yang tidak asing di jagat perteateran, misalnya Toto Prawoto, Andi Bersama, Bambang Prihadi, Eko D Zenah, Meritz Hendra, Bobi Kardi dkk. Selain itu juga ada beberapa crew teater Q yang terlibat di dalamnya.
Lanjut Nursam, sebagai sebuah drama satire, maka lakon pementasan teater ini memang memberikan sindiran kepada penyelenggaran pemerintahan, mulai dari Presiden SBY, para Menteri, anggota DPR dan para makelar kasus atau markus.
Menurut Radhar, bagaimana sebenarnya silang sengkarut masalah ini, apa peran yang dimainkan oleh masing-masing tokohnya, ada romansa apa di baliknya, siapa tokoh misterius di balik kasus ini, dan bagaimana akhir tragisnya, semua akan menjadi isi dari pertunjukan yang disiapkan secara khusus ini.
Di dalam prosesi pementasannya, maka kelihatan betapa Radhar Panca Dahana menggambarkan profil Indonesia dewasa ini. Yang juga mendapatkan kritikan tajam tentang performansi anggota dewan. Simbolisasi sidang dewan yang ricuh dan penuh adegan konyol yang semuanya merupakan gambaran bagaimana sesungguhnya kualitas dewan itu.
Radar Panca Dhahana, sesungguhnya ingin menghadirkan secara total tentang bagaimana realitas sosial politik Indonesia akhir-akhir ini. Totalitas tersebut tampak dari pemberian peran yang dimainkan secara total oleh para Pemain. Iguana yang dimainkan Olivia Zalianti secara total dapat menggambarkan bagaimana makelar kasus perempuan ternyata memang bisa secara lebih fleksibel memainkan perannya untuk menjalankan praktik mafia hukum tersebut.
Pelajaran teatrikal tentu sudah didapatkan, yaitu bagaimana para pemain dapat mengelaborasi Profil Indonesia dewasa ini. Bagaimana kualitas penegakan hukum di Indonesia, bagaimana kualitas para pemimpin bangsa, bagaimana kualitas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan sebagainya. Semuanya sudah dimainkan secara total oleh crew teater ini.
Nursam selaku Rector IAIN mengatakan, “Ada dua catatan saya yang sangat penting bagi saya”, yaitu: kepercayaan teater kosong untuk berkolaborasi dengan Teater Q Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel. Betapa jauhnya jarak reputasi antara Teater Kosong yang menasional bahkan internasional. Nama sutradaranya, Radar Panca Dhahana adalah jaminan kehebatan pementasan Teater Kosong. Kemudian juga pemain sekelas Olivia Zalianty, yang namanya juga sangat familiar di dalam jagat persinetronan Indonesia. Demikian pula nama-nama beken yang sangat dikenal public teater.(red.)
Lanjut Nur Sam, pemilihan IAIN Sunan Ampel sebagai tempat untuk acara pertunjukan teater. Acara ini tentu akan sangat bergengsi seandainya digelar di perguruan tinggi yang memiliki reputasi hebat. Akan tetapi justru memilih IAIN Sunan Ampel sebagai tempat untuk manggung. Rasanya menjadi kenangan yang tidak ada habisnya. Bagi saya ini adalah sebuah kehormatan yang tidak bisa dinyatakan. Selain itu juga menjadi instrumen periklanan yang sangat menjanjikan bagi IAIN Sunan Ampel. Perkembangan perteateran di IAIN Sunan Ampel memang sangat menggembirakan. Hampir semua fakultas memiliki teaternya sendiri-sendiri. Hal ini tentu sangat menggembirakan sebab bagi saya berteater juga memiliki makna dakwah, makna menyebarkan kebaikan dan mengkritik terhadap kedholiman.
Namun sesungguhnya yang lebih penting adalah belajar kepada Radhar Panca Dahana tentang kerja keras dan cerdas dan keinginan untuk terus berprestasi. Mengapa kita harus belajar kepada Radhar Panca Dahana untuk persoalan ini. Bukankah pertunjukan teater adalah peristiwa yang biasa saja.
Memang pertunjukan teater adalah peristiwa biasa, namun dibalik pertunjukan itu ternyata terdapat tokoh besar yang memiliki kemauan untuk terus berkarya d tengah keterbatasan fisiknya. Radhar Panca Dahana dalam keadaan kurang enak badan ketika pementasan ini berlangsung, sehingga dia mengendalikan acara pementasa teater dengan terbaring.
Sebagaimana konsep teatrikalnya terdahulu, pertunjukan ini dimaksudkan Radhar sebagai sebuah ekspresi artistik yang mewakili pikiran, hati, dan imajinasi publik yang berkembang di masa mutakhir. Teater adalah suara publik, mesti selalu mendekatkan diri dengan publik, sehingga ia tidak terasing dan diasingkan, jelas Radhar. (prabu ali airlangga)